Ekosistem Akuatik
Minggu, 15 Januari 2012 | Ayun
PENDAHULUAN
Ekosistem perairan baik perairan sungai, danau maupun pesisir dan laut merupakan himpunan integral dari komponen biotik (fisik-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk struktur fungsional. Perubahan pada salah satu dari komponen tersebut tentunya akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem kehidupan yang ada di dalamnya (Fachrul 2007). Faktor fisik (abiotic), yaitu faktor lingkungan yang bersifat non biologis, seperti air dan temperatur. Faktor yang bersifat biologi atau biotik yaitu organisme yang berpengaruh terhadap organisme lain, sebagai contoh predator dan sumber makanan (McNaughton & Wolf 1990).
Menurut Ewusie (1990), habitat air tawar diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu habitat lentik (berates tenang) seperti danau, kolam, dan rawa; dan habitat lotik (berarus kuat) seperti sungai. Ia menjelaskan satu perbedaan mendasar antara tipe lentik dan lotik adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya sudah ada, sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masih terdpaat air yang mengisinya. Menurut Odum (1998), pada umumnya sungai dan danau berbeda pada tiga hal, yaitu arus, pertukaran air-tanah, dan tekanan Oksigen yang lebih tinggi pada sungai.
Bioma lentik dibagi ke dalam littoral, limnetik, dan profundal. Zona littoral terjadi di tepi danau dan berkembang ke arah bawah dari garis tepi ke populasi-populasi yang paling dalam tanaman yang tumbuh di dalam atau melekat pada dasar danau, seperti reed (phragmetis) dan cattail (typha) di tepi, waterlili di tengah dalam, dan seperti waterweed di ujung luar zona. Zona littoral terdiri dari berbagai vertebrata consumer seperti ular dan katak. Zona limnetik adlaah air yang terbuka sampai kedalaman yang masih dapat ditembus cahaya. Zona ini terdiri dari produser planktonik, khususnya diatom dan spesies alga hijau dan alga hijau biru. Zooplankton merupakan konsumer primer ordo pertama dalam zona limnetik. Sementara zona profundal terjadi di bawah limnetik, terdapat danau yang sangat dalam, zona ini memiliki komunitas decomposer yang aktif dalam lumpur di dasar danau (Mc Naughton & Wolf 1990). Danau LSI merupakan salah satu ekosistem akuatik air tawar yang cukup luas. Danau ini terletak di kampus IPB.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem akuatik dan kedudukannya dalam ekosistem tersebut.
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
Dalam praktikun kali ini dilakukan oenagamatan di Danau LSI IPB. Danau LSI IPB memiliki gambaran khas, seperti air yang kekuningan, disebabkan okeh lembah yang berdrainase yang tertutup oleh hutan konifeous. Danau ini adalah ciri khas dari biom, suatu volume yang dibagi ke dalam zona littoral, limnetik, dan profundal. Dalam pengamatan hanya dilakukan sampel bagian yang dapt berfungsi sebagai tiga zona tersebut. Pada ketiga zona dilakukan tiga kali pengulangan.
Pada daerah tepi atau disebut zona littoral, suhu airnya lebih rendah dibandingkan zona limnetik (tengah) dan profundal (ujung). Untuk pH ketiga zona relatif sama. Sementara tingkat kecerahan zona littoral lebih tinggi dibandingkan edua zona lainnya. Hal ini memudahkan dalam melakukan pengamatan komponen-komponen yang adam sehingga komponen abiotik maupun biotik lebih banyak berdata. Berdasarkan tabel, komponen biotic yang terlihat mencakup tiga kedudukan utama dalam sebuah ekosistem, yaitu produsen, herbivora, dan karnivora. Alga berfungsi sebagai produsen, kepiting dan keong sebagai herbivore, sementara ikan berfungsi sebagai karnivora. Namun ketiga kedudukan tersebut tidak dalam satu rantai makanan secara langsung krena ikan tidak memakan kepiting ataupun keong.
Pada daerah tengah (limnetik), didapatkan beberapa komponen biotic seperti alga, lumut, dan keong. Pada zona ini, komponen yang terdeteksi lebih sedikit. Hal ini dikarenakan tingkat kecerhaan yang elbih rendah dibandingkan zona littoral. Pada zona ini pun jumlah oksigen yang terlarut (DO) terukur paling sedikit. Untuk faktor abiotiknya pun jarang ditemukan mengapung di atas air. Sehingga komponen abiotik yang terdata hanya serasah dan kerikil.
Pada zona profundal (ujung), tingkat kecerahan cukup mampu untuk digunakan melihat kedalaman 87,5 cm, yaitu kedalaman yang cukup untuk melihat komponen biotic seperti nekton, udang, dan lumut. Pada zona ini kandungan oksigen terlarutnya (DO) paling tinggi). Hal ini dapat dikarenakan jumlah produsennya lebih banyak, dan jumlah herbivore serta karnivoranya cenderung lebih sedikit, menurut McNaughton & Wolf (199), ikan pada umumnya berada di zona littoral dan limnetik serta kurnag begitu banyak di zona profundal. Selanjutnya ditambahkan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelimpahan dan penyebaran fitoplankton (produsen) antara lain : angin, unsure hara, kedalaman perairan, dan aktivitas pemangsaan (Fachrul 2007). Pada zona ini, dapat terjadi suatu rantai makanan yang berlanjut dengan komponen biotic yang ditemukan, dimana lumut berfungsi sebagai produsen, udang sebagai herbivore, dan ikan sebagai karnivora. Semantara baiotik yang berupa sampah akan terurai oleh bakteri decomposer sehingga nitrogen dalam sampah akan larut dalam air dan kemudian digunakan oleh produsen untuk proses fotosintesis.
Gambar 1 Pembagian zona ekosistem akuatik.
Rata-rata pada ketiga zona ditemui plankton, yaitu mikroorganisme yang ditemui hidup melayang di perairan. Jenis plankton yang ditemui dalam pengamatan ini adalah fitoplankton (jenis plankton nabati). Fitoplankton di dalam ekosistem perairan merupakan kelompok produsen dalam sistem mata rantai makanan. Kemampuan fitoplankton melakukan fotosintesis karena sel tubuhnya mengandung klorofil. Menrut Fachrul (2007), kebanyakan fitoplankton termasuk golongan alga. Fitoplankton dapat ditemukan di seluruh massa air, mulai dari permukaan hingga kedalaman di mana intensitas cahaya matahari masih memungkinkan untuk digunakan dalam proses fotosintesis (Toha 1991). Keberadaan fitoplankton di suatu perairan juga dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia, dan biologi perairan di daerah tersebut (Odum 1971). Perkembangan fitoplankton sangat ditentukan oleh intensitas cahaya, temperature, unsure hara, dan tipe komunitas fitoplankton. Dalam suatu penelitian, fitoplankton sering dijumpai perbedaan baik jenia maupun jumlah pada daerah yang berdekatan meskipun berasal dari massa air yang sama (Dabis 1995).
Selain fitoplankton, ditemukan juga jenis zooplankton (jenis plankton hewani). Menurut Odum (1971), zooplankton menempati peran penting dalam rantai makanan, yaitu sebagai pemangsa fitoplankton. Zooplankton yang hidup di perairan sangat beraneka ragam, terdiri atas berbagai bentuk larva dan bentuk dewasa yang dimiliki hampir seluruh filum hewan. Namun yang paling menonjol adalah Crustacea planktonik (Nybakken 1998). Pengukuran pada lab.3 tidak mendapatkan hasil kuantitatif karena hanya diukur berdasarkan gelap atau terang saja (data kurang akurat). Hal tersebut diperburuk dengan cuaca yang mendung pada saat praktikum berlangsung.
Gambar 2 komposisi zona littoral.
KESIMPULAN
Ekosistem akuatik terbagi menjadi air tawar dan asin. Pada ekosistem air tawar dibagi menjadi habitat lentik dan lotik. Pada habitat lentik, terbagi menjadi zona littoral, limnetik, dan profundal. Di dalam ekosistem tersebut, terdapat berbagai jenis fitopankton dan zooplankton yang berturut-turut berfungsi sebagai produsen (trofik 1) dan herbivore (trofik 2). Terdapat pula nekton yang berfungsi sebagai karnivora (trofik 3). Keberadaan komponen-komponen ini dipengaruhi oleh faktor-faktor angin, unsur hara, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan, dan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Davis C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton (terjemahan). USA : Michigan State Univeersity Press.
Ewusie. J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika (terjemahan). Bandung : ITB Press.
Fachru Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioteknologi. Jakarta : Bumi Aksara.
McNaughton S.J. & Larry L. Wolf. 1990. Ekologi Umum 2nd. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Nybakken J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Odum E.P. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd. Philadelphia : W.B. Sounders co .
Odum E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi (terjemahan) 3rd. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
0 comments:
Posting Komentar