Note of life:

“You only live once, but if you do it right, once is enough.”
-Mae West

Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Perkembangan Drosophila melanogaster

Minggu, 22 Januari 2012 | Ayun

Nama:

1. Endah Hendra (G34090103)

2. Mario Muhammad (G34090104)

3. Kurrataa’yun (G34090105)

4. Routh Meylinda (G34090106)

5. Della Yuniar W. (G34090107)

Hari/tanggal : Selasa, 5 Oktober 2010

Asisten:

1. Eneng Nunuz R.

2. Eko Hadi W.

3. Indra

TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati tahapan-tahapan dan lama waktu setiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster serta mengetahui efek makanan terhadap perkembangan Drosophila melanogaster.

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botoh berisi medium dengan sumbat busa, sementara bahan yang digunakan adalah Drosophila melanogaster jantan dan betina serta beberapa jenis buah-buahan yang membusuk sebagai variable perlakuan. Buah-buahan yang digunakan adalah pisang, apel, pir, belimbing, jeruk, jambu merah, mangga, nanas, dan markisa.

METODE

Praktikum ini diawali dengan menangkap Drosophila melanogaster. Drosophila melanogaster ditangkap dengan menyediakan toples kaca yang telah berisi satu macam jenis buah-buahan busuk yang telah ditetapkan menjadi variabel perlakuan. Toples kaca tersebut dibiarkan terbuka selama satu jam untuk memancing Drosophila melanogaster masuk. Selama satu jam tersebut, Drosophila melanogaster yang singgah ke dalam toples dihitung. Setelah satu jam, toples tersebut ditutup dengan sumbat busa. Jumlah Drosophila melanogaster yang tertangkap dihitung jumlah dan jenis sexnya serta dipelihara hingga bertelur. Ketika Drosophila melanogaster telah menghasilkan telur, imago dewasa Drosophila melanogaster dikeluarkan dari toples dan sebanyak 10 telur F1 dibiarkan tetap dalam toples untuk diamati perkembangannya terhadap berbagai jenis buah-buahan yang digunakan sebagai variabel perlakuan. Tahapan dan perkembangannya diamati dan dicatat waktunya hingga menghasilkan telur lagi. Ketika F2 telah menetas, sex rationya yang dihasilkan dihitung.

HASIL

Tabel 1. Pengolahan data tahap 1 (perkembangan telur ke larva).

image

Tabel 2. Persentase pengaruh jenis makanan terhadap perkembangan telur ke larva Drosophila.

image

 

Tabel 3. Summary Tahap 1 (perkembangan telur ke larva).

image

Tabel 4. Anova Tahap 1 (perkembangan telur ke larva).

image

imageDiagram 1. Persentase Perkembangan tahap 1 (telur ke larva) dengan berbagai perlakuan makanan.

 

Tabel 5. Pengolahan data tahap 2 (perkembangan Larva ke Pupa).

image

Tabel 6. Persentase Drosophila yang berkembang pada tahap 2 dengan berbagai jenis makanan.

image

Tabel 7. Summary Tahap 2 (perkembangan Larva ke Pupa).

image

 

Tabel 8. Anova Tahap 2 (perkembangan Larva ke Imago).

image

image Diagram 2. Persentase Perkembangan Tahap 2 (Larva ke Pupa) dengan Berbagai Perlakuan Makanan.

 

Tabel 9. Pengolahan data tahap 3 (perkembangan Pupa ke Imago)

image

Tabel 10. Persentase Drosophila yang berkembang pada tahap 3 dengan berbagai jenis makanan.

image

 

Tabel 11. Summary Tahap 3 (perkembangan Pupa ke Imago)

image

Tabel 12. Anova Tahap 3 (perkembangan Pupa ke Imago).

image

 

imageDiagram 3.Persentase Perkembangan Tahap 3 (Pupa ke Imago) dengan Berbagai Perlakuan Makanan.

 

image Diagram 4. Persentase Tahapan Perkembangan Drosophila dengan Berbagai Perlakuan Makanan.

 

PEMBAHASAN

Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan Arthrophoda yang masuk ke dalam kelas insekta. Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis holometabola, yaitu metamorfosis sempurna. Tahapan metamorfosisnya dari telur - larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago (Silvia 2003). Menurut Ashburner (1985), lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar I sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva instar III sekitar 1 hari, prepupa sekitar 2 hari, dan pupa selama 3 hari. Sehingga, lama siklus hidup Drosophila melanogaster sejak telur hingga menjadi imago adalah sekitar 10-11 hari. Berdasarkan hasil pengamatan pada tahap 1, persentase telur yang menetas menjadi larva pada buah apel mencapai 100%, sedangkan urutan kedua mencapai 77% pada buah nanas. Sementara pada buah markisa, tidak ada telur yang menetas menjadi larva, dimana persentase perubahan dari telur menjadi larva sebesar 0% (tabel 1). Pada tahapan kedua, Drosophila yang diberikan pakan buah apel busuk berhasil berubah menjadi pupa 100%, begitupun dengan Drosophila yang diberikan pakan buah nanas yang tetap stabil pada angka sekitar 73%. Sementara, Drosophila pada pakan buah pisang, pir, belimbing, dan jeruk hanya mengalami perubahan dari larva ke pupa dengan persentase dibawah 50%. Tidak berbeda jauh dari hasil percobaan pada tahap ketiga, yaitu perubaha dari pupa ke imago, persentase tertinggi Drosophila yang berhasil menjadi imago terjadi pada perlakuan buah apel yang mencapai persentase sebesar 83%. Sementara perkembangan Drosophila yang diberikan pakan nanas menurun drastis, hanya mencapai 30%. Drosophila yang diberikan pakan Jambu merah berhasil berubah menjadi imago sebanyak 63%.

Analisis tingkat kesukaan makanan dilakukan menggunakan bar error pada aplikasi excel. Pada tahap 1, terlihat bahwa bar error terpanjang terdapat pada buah pisang, belimbing, dan jambu merah. Sementara pada buah markisa, nanas, dan apel, bar error cenderung pendek bahkan tidak ada. Sehingga dapat diketahui bahwa Drosophila lebih cenderung menyukai buah pisang dan tidak menyukai buah markisa pada tahapan perkembangan telur ke larva. Pada tahap 2 pun, bar error terpanjang teradapat pada perlakuan buah pisang, belimbing, dan jambu merah. Untuk bar error terpendek pun terdapat pada perlakuan buah markisa, nanas, dan apel. Sehingga, dapat diketahui bahwa larva Drosophila sangat menyukai buah pisang, belimbing, dan jambu merah. Menurut Silvia (2003), pada tahapan ini, larva tidak dapat berhenti untuk makan. Sementara pada tahap 3, yaitu perkembangan dari pupa ke imago, Drosophila cenderung menyukai lebih banyak jenis makanan, yaitu pisang, pir, belimbing, jambu merah, mangga, dan nanas. Hal ini dapat disebabkan pada tahapan ini telah terbentuk imago yang memiliki susunan tubuh yang telah lengkap dan lebih kompleks untuk dapat mencerna berbagai jenis makanan (buah).

Analisis tingkat pengaruh perlakuan dilakukan dengan anova. Berdasarkan Anova (tabel4), nilai P-Value tahap 1 sebesar 0,169. Sementara pada P-value tahap 2 tidak jauh berbeda, yaitu mencapai 0,167 (tabel 8). Sedangkan P-Value tahap 3 cukup besar, yaitu sebesar 0,400 (tabel 12). Ketiga nilai P-value pada ketiga tahapan perkembangan Drosophila tersebut berada di bawah angka 0,5. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perlakuan jenis makanan yang diberikan mempengaruhi tahapan perkembangan Drosophila. Menurut Shorrocks (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya yaitu suhu lingkungan, tingkat kepadatan botol pemeliharaan, intensitas cahaya dan jenis serta ketersediaan makanan.

SIMPULAN

Drosophila melanogaster merupakan lalat buah yang memiliki siklus metamorfosis holometabola, yaitu telur-larva-pupa-imago. Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar I sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva instar III sekitar 1 hari, prepupa sekitar 2 hari, dan pupa selama 3 hari. Sehingga, lama siklus hidup Drosophila melanogaster sejak telur hingga menjadi imago adalah sekitar 10-11 hari. Jenis makanan berpengaruh terhadap pertumbuhan siklus hidup Drosophila melanogaster. Apel merupakan pakan yang paling cocok pada ketiga tahapan pertumbuhannya, sedangkan buah pisang merupakan pakan yang paling disukai oleh Drosophila. Buah markisa merupakan buah yang tidak disukai dan tidak cocok untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan Drosophila.

DAFTAR PUSTAKA

Ashburner Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook. USA : Coldspring Harbor Laboratory Press.

Shorrocks B. 1972. Drosophila. London : Ginn & Company Limited.

Silvia Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung: Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran.

Tags: | 1 comments

1 comments:

Posting Komentar